![]() |
sumber foto: kwginting.com |
Pernikahan
merupakan tahap akhir di dalam menjalani hubungan atau menjadi salah satu
tujuan seseorang menjalin hubungan percintaan. Namun, pada perjalanannya banyak
beberapa dari mereka yang menjalin hubungan sangat lama seperti di “PHP”
Lho
kok?.....biasanya sih mereka berdalih karena “wah belum siap yank” kesannya di
PHP ya?? Kasiann...nah, mungkin saja ketidaksiapan itu karena dilatar belakangi
oleh beberapa hal yang akan saya sampaikan.
Menurut
Wisnuwardhani & Mashoedi (2012), ada beberapa aspek yang mempengaruhi kesiapan
seseorang untuk menikah, diantaranya adalah:
1.
Usia
dan Tingkat Kedewasaan
Pada pasangan yang menikah di usia
remaja ditemukan ketidakstabilan yang tinggi. Hal ini dikarenakan remaja belum
memiliki kematangan emosi dan belum mampu mengatasi stress dan masalah yang
terjadi di awal pernikahan.
Ketidakmampuan ini menjadikan ketidakpuasan
terhadap pernikahan mereka. Di lain pihak, pasangan yang menikah muda memiliki
sedikit rasa kepercayaan, rasa saling memahami, sulitnya kesepakatan,
komunikasi, besarnya rasa cemburu dan kecenderungan dominasi.
2.
Waktu
Pernikahan
Waktu yang dipilih pasangan untuk
melangsungkan pernikahan juga mempengaruhi kesiapan seseorang menikah.
Keputusan seseorang untuk menikah ketika baru saja kehilangan pekerjaan atau
orangtuanya akan mempengaruhi kesiapan seseorang untuk menikah. Waktu yang
kurang tepat akan membawa permasalahan dalam pernikahan.
3.
Motif
untuk Menikah
Motif untuk menikah mempengaruhi
kesiapan dan kesuksesan pernikahan. Ada alasan positif dan negatif yang
mendasari seseorang untuk menikah.
Alasan positif yang mendasari pernikahan,
misalnya: cinta; companionship; dan
keamanan. Alasan negatifnya, misalnya: lari untuk menghindari situasi atau
hubungan yang tidak menyenangkan; bergantung kepada rang lain; dan sekedar
untuk mendapat penerimaan, perasaan berharga, dan menarik.
4.
Kesiapan
untuk Memiliki Hubungan Seksual yang Ekslusif (privasi)
Meskipun ada
beberapa kalangan yang mentoleransi hubungan seksual pranikah, tetap saja itu
tidak sesuai dengan norma susila dan sebagian besar tetap menginginkan
keperawanan pasangannya.
Dengan adanya hal norma seperti itu, bagi sebagian
besar pasangan yang menikah membutuhkan sikap dari ekslusivitas seksual.
5.
Emansipasi
Emosional dari Orangtua
Kesiapan dan kesuksesan pernikahan
dipengaruhi oleh kemadirian emosional pasangan dari orang tuanya dan mencoba
mengalihkan afeksi dan loyalitas pada pasangannya.
Pada pernikahan pasangan
muda, hal ini biasanya menjadi masalah dikarenakan mereka biasanya tinggal
lebih lama dengan orang tua mereka sehingga secara emosional, bahkan secara
ekonomi mereka masih bergantung pada orang tua.
6.
Pendidikan
dan Kesiapan Pekerjaan
Semakin rendah pendidikan dan
pekerjaan seseorang, maka semakin tinggi kecenderungan mereka untuk lebih cepat
menikah. Mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi, akan menunda pernikahan
dan memfokuskan diri pada karir terlebih dahulu.
Dibandingkan dengan mereka
yang sudah sejak awal berencana untuk mengurus rumah tangga dan keluarga,
wanita yang berpendidikan tinggi dan memiliki karir akan menikah di usia yang
lebih tua.
Pada akhirnya, siap tidak siap untuk
menjalankan suatu hubungan serius memang membutuhkan berbagai pertimbangan yang
justru membebani kita. Namun, itulah yang namanya dinamika kehidupan dan itu
harusnya jadi sebuah tantangan kita.
Piye perasaanmu lur,
ketika kamu diminta menikahi pasanganmu, tapi kamu belum siap?
Rujukan:
Wisnuwardhani,
D. & Mashoedi, S.F. (2012). Hubungan Interpersonal. Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika
Comments