sumber gambar: pendidikankarakter.com |
Awal
mulanya, para gamers bermain game online sekedar hiburan pada waktu luang saja.
Game online bagi mereka hanya sekedar hiburan diwaktu luang ataupun hanya untuk
iseng.
Berawal
dari iseng itu, mereka menjadi orang yang adiksi atau kecanduan dengan game
online. Terjadinya adiksi ini tentu melewati berbagai macam proses yang
melibatkan berbagai macam faktor, salah satunya adalah kesepian.
Penelitian
Yao dan Zhong (2014) menemukan bahwasanya kesepian menjadi salah satu penyebab
seseorang kecanduan dan terjerumus dalam dunia game online. Para gamers
menganggap bahwa dengan game online mereka dapat mengobati rasa kesepian
mereka.
Lalu,
hal apa sajakah yang membuat mereka merasa kesepian dan mengobatinya dengan
game online? Yuk kita pelajari bareng-bareng
Lur:
1.
Keterampilan
Komunikasi Kurang
Kemampuan mereka dalam
berinteraksi kurang, sehingga mereka merasa tidak memiliki teman. Dengan adanya
game online, akan membuat mereka memiliki teman dengan minat yang sama.
Sayangnya, ketika
seseorang menjadi kecanduan game online, kemampuan mereka dalam berkomunikasi
semakin tidak terasah. Waktu mereka menjadi semakin kecil untuk berinteraksi
dengan orang-orang di luar lingkungan gamers.
2.
Kesibukan dari
orang tua
Beberapa dari mereka
“melarikan diri” dari kehidupan nyata yang menurutnya tidak menyenangkan.
Orangtua yang sibuk bekerja menjadi salah satu penyebab mereka merasa kesepian.
Game online hadir ibarat
pengganti orangtua mereka di dalam menemani hari-hari mereka. Lur, kamu bisa
mencermati di sini sebagai antisipasi.
Penelitian yang dilakukan
oleh Munsawaengsub (2008), menemukan bahwa remaja yang kurang diperhatikan
keluarganya, akan menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman mereka
untuk bermain game.
3.
Nyaman Berhubungan
Melalui “game chatting”
Semakin berkembangnya game
online, kini ada media chatting di dalamnya. Tentu ini membuat mereka merasa
nyaman dan lebih mampu berhubungan secara maya.
Ingat, mereka memiliki
keterampilan komunikasi yang kurang lho. Dengan adanya chatting di game online,
mereka akan lebih pd karena bisa ngobrol secara maya.
4.
Keengganan Membina
hubungan sosial
Lha kan sudah nyaman, ya
otomatis “males” membina hubungan dengan orang yang di luar lingkungan gamers.
Bagi mereka membina hubungan di luar itu sekedar formalitas dan tidak menemukan
kebahagiaan di dalamnya.
Arti formalitas itu lur,
ya sekedar hubungan di dunia sekolah, kerja, atau bahkan mereka menutup diri
selain hubungan para gamers. Meskipun begitu, sesungguhnya hati mereka tetap sepi
5.
Mendapat pengakuan
dari rekan sesama gamers
Kekurangmampuan mereka
dalam berkomunikasi tentu membuat orang lain kurang menganggap bahwa mereka
punya kemampuan. Hal ini wajar karena mereka enggan memperlihatkan dirinya
apalagi kemampuannya.
Masalahnya Lur, ketika
mereka diakui oleh para gamers lainnya, itu akan membuat mereka semakin bangga
dengan perannya sebagai gamers. Lho kok?
Perasaan sepi mereka di
dunia nyata menjadi terobati oleh pengakuan-pengakuan sesama gamers atas
kemampuannya dalam bermain game. Lha untuk diakui butuh biaya banyak untuk naik
level, logis kan jika kecanduan?
6.
Lari dari Kenyataan
Kegagalan mereka juga
terdapat pada sisi “panrimo” dalam menghadapi berbagai macam peristiwa.
Kesepian bagi mereka merupakan masalah yang bikin stres bahkan depresi.
Namun, sebagai seorang
manusia hendaklah menyadari bahwa obat dari kesepian yang paling mudah adalah
meyakini tuhan hadir di dalam hati dan pikiran kita.
Hingga pada akhirnya kita
tidak perlu lari dari kesepian itu, justru malah menikmati kesepian itu dengan
selalu mendekatkan diri pada tuhan.
Pada
akhirnya, semua tulisan saya hanyalah tafsir dan pengamatan saya dari dunia
nyata. Game online tidak berefek negatif, akan tetapi semua berubah jika
membuat seseorang kecanduan.
Maka dalam hal ini, kontrol diri kita sangatlah
penting untuk membuat kita bisa “ngerem” hawa kita.
Piye
perasaanmu lur, jika waktumu habis digerogoti kecanduan game online?
Daftar
Pustaka / Rujukan :
Munsawaengsub, C., Nanthamongkolchai,
S., Apinuntavetch, S. Factors
Affecting Computer Game Addiction and
Mental Health of Male Adolescents in Mueang district, Si Sa Ket Province
(2008). Journal of Public Health. Vol. 38 No. 3
Comments