10 hal yang bikin Sulit menyesuaikan diri Satu Rumah Dengan Mertua



Awal menjalani pernikahan menjadi masa yang tidaklah mudah bagi pasangan suami istri. Bagaimana tidak? Mereka mengalami berbagai macam perubahan sosial, dari lingkungan bersama orangtua menjadi bersama dengan suami.

Tidak sedikit dari keluarga yang awal menikah hidup serumah dengan mertua. Kemungkinan serumah dengan mertua ini seringkali terjadi mengingat penghasilan yang belum seberapa, lahan yang akan dibangun rumah belum ada, ataupun persiapan modal kurang.

Hal ini lumrah terjadi, biasanya sambil menunggu tabungan bertambah, memanajemen sebaik mungkin dan dulur bisa menghemat pengeluaran. Uang listrik, makan, dan keperluan sehari-hari nggak banyak dikeluarkan dibandingkan dulur tinggal sendiri.

Namun, hidup serumah dengan mertua itu ternyata tidaklah mudah dan harus siap menghadapi berbagai macam risiko akibat serumah dengan mertua. Berikut dulur akan mempelajari hal yang menyulitkan ketika serumah dengan mertua :

1.   Perubahan Kebiasaan lama ketika di rumah orangtua menjadi kebiasaan baru di keluarga mertua
Apabila dulur memiliki kebiasaan selama di rumah orangtua, kemungkinan kebiasaan tersebut tidak selalu bisa dilakukan di rumah mertua. Apalagi, jika kebiasaan tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan di rumah mertua. Wuaaa....

Contoh sepele saja di Desa, biasanya mertua selalu bangun pagi dan melakukan aktifitas seperti menjemur kayu. Lha apabila dulur tidak punya pengalaman dalam hal tersebut, maka bersiaplah menghadapi ekspresi negatif mertua mertua

2.   Rasa tidak enak / pakewuh yang luar biasa
Perasaan pakewuh ini sering muncul tidak hanya hal besar, tapi dari hal yang kecilpun sudah banyak contohnya. Apabila mertua dulur adalah orang yang ahli ibadah dan dulur kurang bisa mengimbanginya, maka perasaan tidak enak akan muncul.

Perasaan tidak enak juga akan seringkali terlihat ketika dikit-dikit berpapasan dengan mertua di rumah, karena bagaimanapun akan selalu ada batas/sekat diantara kalian. Apabila sulit untuk membangun hubungan hangat, maka sekat ini akan semakin tebal. Hingga pakewuhpun akan semakin tinggi nantinya.

3.   Masalah di dalam masak menjadi sesuatu yang seringkali terjadi

Bagi dulurku yang cwe, dalam hal masakan, mencari titik temu yang pas antara dulur, pasangan, dan mertua menjadi problem yang luar biasa.Hal ini berkaitan dengan selera yang berbeda berdasarkan pengalamannya masing-masing.

Permasalahan itu bisa berkepanjangan jika diantara ketiga unsur manusia tersebut tidak ada keterbukaan karena rasa pakewuh tadi. Memang, perasaan pakewuh menjadikan seseorang mentutup berbagai hal yang tidak pantas untuk diungkapkan.

Namun, bagi mertua yang ceplas ceplos, mengkritisi tentang makanan menjadi hal yang sepele. Kurang pedas, terlalu asin atau menunya tidak sesuai dengan kesehatan, dll.

4.   Rasa khawatir mendapat komentar, sehingga merasa serba salah
Perilaku dulur bisa menjadi sumber permasalahan panjang ketika tidak sesuai dengan budaya keluarga mertua, meskipun perilaku itu baik sekalipun.

Berbagai contoh hal kecil juga sangat banyak, salah satunya ketika mertua biasanya menyapu pada sore hari, akan tetapi dulur melakukannya pada pagi hari. Mertua yang “sak klek” akan memberikan komentar biasanya dan bisa menusuk hati.

5.   Mertua yang ribut selalu membandingkan dengan keluarga lain yang dianggap berhasil
Pada dasarnya setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Prinsipnya sih jangan sampai harus membanding-bandingkan orang.

Tapi, hal itu kerap kali dilakukan oleh mertua kalau dulur serumah sama mereka. Mulai dari pekerjaan, kerapihan, ketekunan, keahlian memasak, bahkan hingga ilmu agama yang dibanding-bandingkan dengan anggota keluarga lain. Tak jarang tetangganya juga ikut dibanding-bandingkan juga.

6.   Pasanganmu Masih ketergantungan dalam banyak hal terhadap orangtuanya
Seringkali pasangan dulur masih dimanjakan oleh mertuamu, sehingga itu terkadang membuat dulur jengkel karena membuat tidak mandiri. Dalam hal mencuci baju saja, terkadang masih dicucikan orangtuanya.

Dulur yang berusaha ingin memberikan sesuatu yang terbaik kepada pasangan, terkadang malah kedahuluan mertua yang lebih bisa memahami anaknya. Yang harusnya berusaha dikerjakan sendiri, jadi dikerjakan orangtuanya.

7.   Ikut campur urusan keluarga, sehingga semakin memperkeruh suasana
Terkadang beberapa masalah ingin diselesaikan secara pribadi, selain berusaha untuk belajar menghadapi sesuatu dewasa, juga untuk belajar saling mengerti. Namun, keinginan tersebut terkendala oleh mertua yang selalu ikut campur dalam memberikan pilihan.

Biasanya mertua ingin menjadi penengah yang bijak, yang bisa memberikan solusi yang tidak memberatkan satu sama lainnya, namun terkadang itu malah berat sebelah.

8.   Tidak ada ruang kebebasan untuk bergerak mengambil keputusan secara mandiri
Serumah dengan mertua membuat dulur sulit untuk bergerak bebas dalam mengambil keputusan. Hampir seluruh diskusi atau pembicaraan kalian, mertua akan masuk untuk memberikan pertimbangan.

Lha seringkali mertua memberikan pertimbangan yang terkadang tidak sreg/tidak sesuai dengan kalian berdua. Namun karena rasa pakewuh, mau tidak mau harus dipikirkan dan terkadang itu menjadi beban.

9.   Jangankan mau mandi...ambil piringpun jadi antri
Kalian harus siap akan kesabaran dalam melakukan sesuatu yang mungkin bisa bebarengan dengan mertua. Bersiap untuk mengalah dalam banyak hal pada mertua demi pasangan. Apalagi dengan anggota keluarga yang banyak, bisa-bisa semuanya harus ngantri

10.   Terkadang tugas dari mertua harus terhandle semuanya
Tugas-tugas yang biasanya dikerjakan oleh mertua, seringkali akan menjadi tugasmu pula. Misal dalam nyuci baju, karena rasa pakewuh menjadi harus mencuci miliki pasangan dan mertuanya. Tugas-tugas lain seperti memasak, menyapu, membersihkan rumah, dll.

Comments