Awal menjalani pernikahan menjadi masa yang tidaklah mudah bagi pasangan suami istri. Bagaimana tidak? Mereka mengalami berbagai macam perubahan sosial, dari lingkungan bersama orangtua menjadi bersama dengan suami.
Tidak
sedikit dari keluarga yang awal menikah hidup serumah dengan mertua. Kemungkinan
serumah dengan mertua ini seringkali terjadi mengingat penghasilan yang belum
seberapa, lahan yang akan dibangun rumah belum ada, ataupun persiapan modal
kurang.
Hal
ini lumrah terjadi, biasanya sambil menunggu tabungan bertambah, memanajemen
sebaik mungkin dan dulur bisa menghemat pengeluaran. Uang listrik, makan, dan
keperluan sehari-hari nggak banyak dikeluarkan dibandingkan dulur tinggal
sendiri.
Namun,
hidup serumah dengan mertua itu ternyata tidaklah mudah dan harus siap
menghadapi berbagai macam risiko akibat serumah dengan mertua. Berikut dulur
akan mempelajari hal yang menyulitkan ketika serumah dengan mertua :
1. Perubahan Kebiasaan lama ketika di
rumah orangtua menjadi kebiasaan baru di keluarga mertua
Apabila
dulur memiliki kebiasaan selama di rumah orangtua, kemungkinan kebiasaan
tersebut tidak selalu bisa dilakukan di rumah mertua. Apalagi, jika kebiasaan
tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan di rumah mertua. Wuaaa....
Contoh
sepele saja di Desa, biasanya mertua selalu bangun pagi dan melakukan aktifitas
seperti menjemur kayu. Lha apabila dulur tidak punya pengalaman dalam hal
tersebut, maka bersiaplah menghadapi ekspresi negatif mertua mertua
2. Rasa tidak enak / pakewuh yang luar
biasa
Perasaan
pakewuh ini sering muncul tidak hanya hal besar, tapi dari hal yang kecilpun
sudah banyak contohnya. Apabila mertua dulur adalah orang yang ahli ibadah dan
dulur kurang bisa mengimbanginya, maka perasaan tidak enak akan muncul.
Perasaan
tidak enak juga akan seringkali terlihat ketika dikit-dikit berpapasan dengan
mertua di rumah, karena bagaimanapun akan selalu ada batas/sekat diantara
kalian. Apabila sulit untuk membangun hubungan hangat, maka sekat ini akan semakin
tebal. Hingga pakewuhpun akan semakin tinggi nantinya.
3. Masalah di dalam masak menjadi
sesuatu yang seringkali terjadi
Bagi dulurku
yang cwe, dalam hal masakan, mencari titik temu yang pas antara dulur, pasangan,
dan mertua menjadi problem yang luar biasa.Hal ini berkaitan dengan selera yang berbeda berdasarkan pengalamannya masing-masing.
Permasalahan
itu bisa berkepanjangan jika diantara ketiga unsur manusia tersebut tidak ada
keterbukaan karena rasa pakewuh tadi. Memang, perasaan pakewuh menjadikan
seseorang mentutup berbagai hal yang tidak pantas untuk diungkapkan.
Namun,
bagi mertua yang ceplas ceplos, mengkritisi tentang makanan menjadi hal yang
sepele. Kurang pedas, terlalu asin atau menunya tidak sesuai dengan kesehatan,
dll.
4. Rasa khawatir mendapat komentar,
sehingga merasa serba salah
Perilaku
dulur bisa menjadi sumber permasalahan panjang ketika tidak sesuai dengan
budaya keluarga mertua, meskipun perilaku itu baik sekalipun.
Berbagai
contoh hal kecil juga sangat banyak, salah satunya ketika mertua biasanya
menyapu pada sore hari, akan tetapi dulur melakukannya pada pagi hari. Mertua
yang “sak klek” akan memberikan komentar biasanya dan bisa menusuk hati.
5. Mertua yang ribut selalu
membandingkan dengan keluarga lain yang dianggap berhasil
Pada
dasarnya setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Prinsipnya
sih jangan sampai harus membanding-bandingkan orang.
Tapi,
hal itu kerap kali dilakukan oleh mertua kalau dulur serumah sama mereka. Mulai
dari pekerjaan, kerapihan, ketekunan, keahlian memasak, bahkan hingga ilmu
agama yang dibanding-bandingkan dengan anggota keluarga lain. Tak jarang
tetangganya juga ikut dibanding-bandingkan juga.
6. Pasanganmu Masih ketergantungan
dalam banyak hal terhadap orangtuanya
Seringkali
pasangan dulur masih dimanjakan oleh mertuamu, sehingga itu terkadang membuat
dulur jengkel karena membuat tidak mandiri. Dalam hal mencuci baju saja,
terkadang masih dicucikan orangtuanya.
Dulur
yang berusaha ingin memberikan sesuatu yang terbaik kepada pasangan, terkadang
malah kedahuluan mertua yang lebih bisa memahami anaknya. Yang harusnya
berusaha dikerjakan sendiri, jadi dikerjakan orangtuanya.
7. Ikut campur urusan keluarga, sehingga
semakin memperkeruh suasana
Terkadang
beberapa masalah ingin diselesaikan secara pribadi, selain berusaha untuk
belajar menghadapi sesuatu dewasa, juga untuk belajar saling mengerti. Namun,
keinginan tersebut terkendala oleh mertua yang selalu ikut campur dalam
memberikan pilihan.
Biasanya
mertua ingin menjadi penengah yang bijak, yang bisa memberikan solusi yang
tidak memberatkan satu sama lainnya, namun terkadang itu malah berat sebelah.
8. Tidak ada ruang kebebasan untuk
bergerak mengambil keputusan secara mandiri
Serumah
dengan mertua membuat dulur sulit untuk bergerak bebas dalam mengambil keputusan.
Hampir seluruh diskusi atau pembicaraan kalian, mertua akan masuk untuk
memberikan pertimbangan.
Lha
seringkali mertua memberikan pertimbangan yang terkadang tidak sreg/tidak
sesuai dengan kalian berdua. Namun karena rasa pakewuh, mau tidak mau harus dipikirkan
dan terkadang itu menjadi beban.
9. Jangankan mau mandi...ambil
piringpun jadi antri
Kalian
harus siap akan kesabaran dalam melakukan sesuatu yang mungkin bisa bebarengan
dengan mertua. Bersiap untuk mengalah dalam banyak hal pada mertua demi
pasangan. Apalagi dengan anggota keluarga yang banyak, bisa-bisa semuanya harus ngantri
10.
Terkadang
tugas dari mertua harus terhandle semuanya
Tugas-tugas
yang biasanya dikerjakan oleh mertua, seringkali akan menjadi tugasmu pula.
Misal dalam nyuci baju, karena rasa pakewuh menjadi harus mencuci miliki
pasangan dan mertuanya. Tugas-tugas lain seperti memasak, menyapu, membersihkan
rumah, dll.
Comments