Latar Belakang Masalah
Pekerjaan
di dalam memotong rambut (cukur rambut) menjadi salah satu alternatif pekerjaan
di lingkup Pedesaan. Pengamatan saya menemukan bahwasanya masing-masing dari
mereka ada yang menjadikan pekerjaan ini sebagai penghasilan sampingan dan ada
yang menganggap sebagai penghasilan utama.
Mereka
yang menjadikan pekerjaan mencukur sebagai sumber penghasilan tambahan /
sampingan dikarenakan memiliki pekerjaan lain yang lebih diprioritaskan. Masing-masing
dari mereka memiliki pertimbangan yang berbeda dalam memposisikan prioritas
tidaknya pekerjaan ini.
Dalam
satu kesempatan saya mengobrol dengan salah satu tukang cukur di Desa saya,
sebut saja pak man yang bercerita bahwa pekerjaannya dalam mencukur rambut
diposisikan sebagai pekerjaan sampingan. Pak
man mengatakan bahwasanya pekerjaan utamanya menjadi Buruh bangunan.
Pekerjaan
tersebut dilakukannya dari jam 7 pagi hingga jam 3 sore, sehingga ia membuka
kios cukurnya setelah ashar.Meskipun
dengan terbatasnya waktu untuk menjalani pekerjaan sampingannya sebagai tukang
cukur, hasil yang didapatkan terkadang lebih besar dari pekerjaan utamanya yang
menjadi buruh bangunan.
Baca Juga : Cara sukses mempromosikan usaha pangkas rambut
Latar
belakangnya memiliki pekerjaan sampingan adalah untuk mengisi waktu luangnya
dan mengaplikasikan pengalamannya di masa lalu yang pernah menjadi tukang cukur
rambut.
Pekerjaan
masyarakat di lingkup desa biasanya cenderung lebih santai dan memiliki waktu
luang yang bisa di otak atik atau dimanajemen sendiri. Mereka yang bekerja
sebagai petani jam kerja maksimalnya hanya sampai jam 3 sore.
Waktu
luang di sore hari itu mereka gunakan untuk melakukan kegiatan yang dapat
menghasilkan, salah satunya menjadi tukang cukur rambut. Meskipun begitu, ada
yang menjadikan pekerjaan ini sebagai penghasilan utama karena beberapa macam
kondisi.
Salah
satu tukung cukur, sebut saja lik jo menjadikan pekerjaan mencukur sebagai
sumber penghasilan utama karena tidak memiliki lahan pertanian. Lain halnya
dengan mas ranto termotivasi karena memiliki keahlian mencukur.
Inti Pembahasan
1. Peluang tukang cukur di Desa
Menjadi
tukang cukur rambut dibutuhkan keterampilan dan tidak bisa asal-asalan. Hal ini
dikarenakan mencukur rambut identik dengan kerapian. Dari sini sudah dapat
dilihat bahwasanya ini menjadi salah satu peluang jika dulur memiliki
keterampilan.
Apabila
membutuhkan keterampilan dan keahlian khusus, maka itu berarti tidak setiap
orang mampu melakukannya. Dinamika sosial dan ekonomi di masyarakat memang
beragam, sehingga keahlian yang dimiliki masing-masing wargapunpun berbeda.
Beberapa
kali saya melakukan pengamatan di kecamatan saya, tepatnya kecamtan Srumbung,
Kabupaten Magelang memberikan hasil bahwa tidak selalu 1 Desa ada tukang
cukurnya.
Obrolan
saya dengan salah 1 tukang cukur di Desa mengatakan pelanggannya banyak yang
dari luar Desa. Para pelanggannya bercerita bahwa di Desanya tidak ada tukang
cukur, sehingga nyari di Desa lain.
Keberadaan
peluang menjadi tukang cukur bisa juga dilihat dari para pelanggan yang
beragam, dari anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Lha biasanya warga yang
berusia tua mencukur rambutnya di lokasi yang dekat. Ini dikarenakan karena
keterbatasan di dalam transportasi seperti tidak bisa mengendarai kendaraan
bermotor, tidak ada angkot, sehingga biasanya hanya jalan kaki/ngonthel.
Apabila
dulur membuka jasa cukur rambut ini di Desa, maka dipastikan akan sering
mendapat pelanggan dari orang berusia tua. Dengan catatan, dulur dulur bukan
orang baru di tempat tersebut, karena ini akan berpengaruh.
2. Modal dan Pertimbangan lain
- Biaya
Berbeda
dari jasa tleser padi yang pernah saya tulis, modal dana yang dibutuhkan disini
tidaklah terlalu banyak, namun bervariasi peralatannya. Penting untuk
diketahuai bahwa cukur rambut di Desa tidak perlu seperti barber shop yang
kebutuhannya sangat mahal karena menjual tren. Berikut kebutuhannya :
-
Clipper Rp 60.000
-
Kursi kayu Rp 200.000 (pesan tukang kayu sekitar)
-
Cermin 1 x 2 Rp 100.000
- 1
set gunting; sasak, potong, dan kumis Rp 120.000
-
semprot rambut, dan kuas muka Rp 60.000
- 1
set sisir berbagai ukuran Rp 40.000
-
Kain penutup badan Rp 20.000
-
pisau lipat + 1 kotak silet Rp 80.000
- bedak, jepitan plastik, handuk kecil Rp
100.000
Total modal : Rp 780.000, paitannya
Rp 1.000.000
- · Peluang untuk laku di Desa
Harga
potong rambut di Desa relatif murah, paling mahal Rp 10.000. Untuk melayani
masyarakat Desa, tidak perlu memathok harga yang mahal, karena unsur pakewuh
sangat berperan besar di sini.
Masyarakat
desa tidak terlalu terjebak jauh ke dalam tren yang digembor-gemborkan media
sosial. Mereka cukur rambut ya berprinsip bukan karena keren, tapi memang
kebutuhan.
Yang
lebih menarik adalah masyarakat banyak yang cukur rambut karena sudah dianggap
kurang sopan dan kurang pantes ketika di mata orang banyak.
Kesimpulannya
secara singkat, bagi dulur-dulur yang ingin buka cukur rambut di Desa tidak
perlu memiliki keahlian lebih dalam mengikuti tren gaya rambut. Cukuplah keahlian
memotong rambut yang sederhana saja.
- Keuntungan secara ekonomi
Biasanya,
perhari bisa mendapat pelanggan minimal 5 orang, maka bisa untung Rp 50.000,
maka keuntungan sebulan adalah Rp 1.500.000.
Bagi
masyarakat desa itu udah cukup, karena rata-rata pekerjaan mencukur di Desa
memang hanya sebagai sampingan.
- Lokasi dan akses
Dulur
bisa buka jasa di rumah langsung, akan tetapi risikonya adalah akses masyarakat
yang kurang ramai serta publikasinya kurang. Maka jika dulur tidak ada modal
untuk membuat kios, saya sarankan untuk
sewa tempat.
Biasanya
tukang cukur rambut membuka jasanya di pasar-pasar tradisional di dalam lingkup
kecamatan. Namun kendalanya ketika buka di pasar tradisional adalah pasar yang
tidak setiap hari buka. Pasar tradisional di lingkup desa biasanya pada
tanggalan jawa, seperti kliwon, pahing, legi, dll.
Salah
satu tukang cukur yang saya ajak obrol mengatakan bahwa ia buka di 2 pasar
tradisional, sehingga saat yang pasar 1 nya tutup, pasar yang 1 nya buka dan
begitu sebaliknya.
Namun,
jangan khawatir jika dulur memang tidak memiliki biaya atau kehabisan tempat di
pasar, dulur tetap bisa buka di rumah. Keputusan membuka cukur rambut di rumah
harus diimbangi dengan kesabaran dan ketlatenan yang sangat tinggi.
Apabila
membuka di rumah, yang diperlukan adalah publikasi yang kuat melalui grup-grup Fb
di Desa, ataupun obrolan saat bertemu orang-orang luar desa.
- Keahlian yang dibutuhkan
Keahlian
yang kalian miliki disesuaikan dengan sasaran utama yang akan kalian layani
dari segi usia. Apabila dulur mengutamakan anak muda, maka harus up date
terhadap gaya rambut. Hal ini akan membuat pikiran dulur harus selalu siap
menghadapi era yang selalu berubah, dan siap akan tuntutan dari pelanggan.
Namun,
apabila dulur ingin mengutamakan orangtua, maka sekedar bisa ngurangi rambut,
tidak neko-neko, pantes dan sopan.
Saran
saya, dulur cukup punya keahlian ngurangi rambut saja, sambil berjalan
mempelajari tren dan membangun pelayanan yang membuat nyaman pelanggan.
3. Peluang ke depan
Usaha
cukur rambut Desa memiliki berbagai macam kemungkinan untuk berkembang bahkan
maju. Semua itu tidaklah muskil, yang penting untuk awalnya adalah sabar, titi,
gemi, dan apa adanya.
Dalam
usaha tidak membangun pemikiran atau harapan yang kemrungsung, karena itu akan
menurunkan semangat dalam mendapatkan hasil-hasil yang kecil. Apabila dulur
dapat sabar dan asal kelakon, maka akan berpotensi untuk berkembang menjadi :
Ø
Salon
Ø
Barber
shop
Ø
Kios
persediaan cukur rambut
Ø
Tata
rias pengantin
Ø
Sewa
gaun pengantin
Comments