Usaha wifi mulai ngetren pasca usaha warnet mulai kurang diminati oleh masyarakat. Beberapa warnet yang masih eksis biasanya
karena memiliki keunikan dan ciri khas yang mampu memenuhi kebutuhan dari konsumen.
karena memiliki keunikan dan ciri khas yang mampu memenuhi kebutuhan dari konsumen.
Selama saya kuliah di jogja, tidak sedikit warnet yang mengalami gulung tikar dan memilih beralih ke bisnis / usaha wifi rt rw net. Beberapa yang eksis biasanya memiliki supply dana yang besar untuk memberikan kualitas yang bisa saya katakan VVIP.
Di lingkup Desa, saya seringkali mengamati perkembangan usaha warnet. Rata-rata hanya bertahan maksimal 5 tahun. Sekedar informasi, saya tinggal di magelang dekat dengan kecamatan Muntilan. 8 tahun yang lalu, warnet-warnet sangat banyak di muntilan karena menjadi salah satu pusat perbelanjaan di magelang.
Dari data yang saya dapatkan melalui pengamatan serta informasi pemerintah Desa Hingga kecamatan, total warnet pada masa itu mencapai angka 56 buah. Pada waktu itu saya memang sedang melakukan studi kecil-kecil an karena tugas sekolah. Faktanya 56 titik warnet tersebut sudah tutup seluruhnya dan muncul warnet baru di titik yang berbeda.
Beberapa dari pemiliki warnet memilih beralih menjadi pengusaha wifi rt rw net karena usaha di warnet sudah dianggap tidak prospek lagi. Hasil nongkrong saya dengan mereka menemukan bahwa mereka sudah menuai hasil minimal 10 juta / bulan rutin lho. Dengan pelanggan hingga 200 an, mereka bisa menghidupi anak keluarga serta mengembangkan sayapnya ke berbagai daerah.
Mereka mengatakan Salah satu Peluang Usaha Wifi terbaik adalah di Desa, kenapa?? Simak analisa saya.
Masyarakat Desa mulai menyekolahkan anaknya di sekolah yang hampir tiap hari harus mengerjakan tugas dengan browsing. Ada budaya besar akibat modernisasi, bahwa masyarakat sangat meyakini bahwa masa depan anak itu tergantung dari sekolahnya. Maka berbondong-bondonglah masyarakat desa ini untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang favorit.
Perlu kalian tahu lho, sekolah swasta kini lebih diminati ketimbang sekolah negeri. Akibatnya, anak-anak yang masih SD pun mulai dikenalkan dengan internet dan cara mengerjakan tugas lewat browsing dunia maya. Imbasnya langsung pada orangtua yang harus selalu mengantar anaknya ke warnet dalam rangka mengerjakan tugas.
Pikirkanlah, apabila suatu desa yang jauh dari hiruk pikuk kota harus kesana kemari nganterin anak ke warnet??
Datanglah kalian menawari internet murah 100 an ribu / bulan unlimited??
Orangtua mulai khawatir anaknya mengenal kenakalan remaja. Kalian bisa browsing sendiri tentang warnet yang menjadi tempat mesum dan seks bebas. Orangtua tentu akan berpikir ulang apabila anaknya terus-terusan harus mengerjakan tugas di warnet.
Mereka tentu tidak mau anaknya bisa kenal dengan orang-orang yang hobbynya nongkrong di warnet sambil pacaran. Bahkan pernah ada yang mengatakan bahwa warnet akan ramai ketika bilik antara warnet itu tinggi. Lho kenapa dengan bilik warnet tinggi?? tentunya akan menjadi tempat aman, nyaman untuk berbuat asusila bagi remaja.
Kepercayaan masyarakat tersebut menjadi sebuah peluang besar bagi kalian untuk memulai usaha wifi di Desa. Simpel saja, kalian cukup datang dan memberikan ulasan tentang amannya berselancar internet di rumah ketimbang harus keluar.
Persaingan Masyarakat Desa Sangat tinggi dalam hal Modernisasi. Muncul lagi kepercyaan akibat perubahan zaman dengan di motori oleh media sosial, bahwa kemajuan itu mengacu pada lingkup "perkotaan". Desa mulai mengalami perubahan pola perilaku untuk mengikuti gaya hidup orang kota.
Lingkup perkotaan dengan kemudahan akses menjadi ukuran sebuah kemajuan zaman. Tidak terkecuali akses dunia maya yang sangat mudah didapatkan, baik itu wifi corner, warnet, cafe, bahkan tiap rumah sudah memiliki akses wifi tersendiri.
Fenomena itu membuat masyarakat tahu akan sebuah ukuran modern, yaitu memiliki wifi sendiri di rumah. Ini sesuai dengan adanya perubahan arah budaya desa menuju ke kota, maka utamakan sasaran desa yang sedang berkembang.
Sebuah desa yang berkembang dicirikan dengan rumah-rumah yang sudah bertembok / gedong hampir seluruhnya. Beberapa desa masih ada rumah bambu / gedek bahkan tidak sedikit. Lihatlah sekitar desa kalian, apakah masih banyak rumah bambu?? Jika tidak, itu menjadi peluang yang bagus untuk usaha wifi.
Kuncinya, kalian harus paham pemetaan tentang kondisi masyarakat sekitarmu. Namun, dimanapun desa tentu akan sangat tinggi akan persaingan dalam hal modernitas. Sifat alami itu menjadi salah satu peluang besar untuk membakar semangat mereka untuk memiliki wifi di rumah.
Budaya Ngumpulnya Kuat. Ngumpulnya masyarakat di desa yang sangat intens, menjadi cara pemasaran yang paling mudah dengan memanfaatkan momen tersebut. Saya sendiri memiliki pelanggan cukup banyak, karena adanya cerita tentang rasanya berlangganan wifi diantara mereka.
Secara tidak sadar, mereka mempromosikan wifi saya kepada teman atau rekan ngumpulnya. Maka, saya sangat mempertahankan pelayanan, karena penilaian terhadap wifi selalu terjadi dalam obrolan mereka dengan orang lain.
Saya memanfaatkan beberapa momen ngumpul, seperti pada saat main kartu di warung, momen kerja bakti, kumpulan pemuda, dan saat nyinom di berbagai acara. Pengalaman saya, ini sangat efektif dan tidak membutuhkan selebaran-selebaran. Repot harus desain, nyari kata-kata, nyetak dan nyebar.
Manfaatkan situasi tersebut untuk bercerita tentang manfaat memiliki wifi sendiri di rumah. Saya sering mengajak remaja sekitar ngumpul di rumah saya dan merasakan langsung wifi. Beberapa dari mereka sudah berlangganan wifi ke saya, sebagian besar.
Ketika kalian hidup di lingkungan kota, cara ini tentunya akan sulit dilakukan karena budaya ngumpul dengan warga sekitar sangat jarang. Warga kota sudah fokus akan kepentingan, berbeda dengan di desa yang penuh akan kekeluargaan. So, jangan takut membangun usaha wifi di Desa.
Masyarakat Desa Mulai Menekuni Bisnis Online. Pernah mendengar tentang desa blogger???desa grafis??
Semuanya menggunakan awalan "desa", menunjukkan bahwa wilayah tersebut berada di Desa bukan kota. Itu artinya bahwa desa mulai merambah menuju pada sebuah usaha atau bisnis online. Mereka mencari rupiah dari berselancar di dunia maya.
Selama ini saya belum pernah mendengar yang namanya "kota blogger". Desa blogger salah satunya ada di kabupaten magelang, tepatnya desa menowo. Kata masyarakatnya suka ngumpul dalam berbagai kegiatan, mudah untuk mengkondisikan warganya agar terjun dalam bunia blogger secara bersamaan.
Pengkondisian dengan mengumpulkan warga masyarakat, sangat sulit dilakukan di lingkup perkotaan apalagi perumahan. Berkhayal saja....
Untuk itu jangan minder kalian yang mau menjalankan usaha ini di desa, peluangnya sangat luar biasa lho. Gunakan kreatifitasmu dalam hal pelayanan, pemasaran dan cara membangun relasi dengan pelanggan. Lancar tidaknya tergantung nilai personal kalian nantinya.
Yang paling sering ditemui, mereka berjualan via fb, wa, instagram, dan toko-toko online. Beberapa pelanggan saya ada yang menjual ulang produk orang lain/dropship. Apabila internet mati sebentar saja, langsung crewenya minta ampun. Ini menandakan bahwa dia sudah ketergantungan dengan wifi dalam mencari tambahan penghasilan.
Tidak hanya dia seorang, beberapa pelanggan saya juga menekuni jualan online. Mereka semua tinggal di wilayah desa dan wifi yang ada di rumahnya sangat bermanfaat. Fenomena ini tentu tidak hanya terjadi di Desa saya, tapi juga desa-desa yang lain. Ini hanya salah satu sampel bahwa desa-desa sudah merambah menuju kepada dunia bisnis online.
Persaingannya dalam hal usaha wifi masih kecil. Desa itu masih perawan, dalam artian masih jarang mereka yang berbisnis wifi RT RW. Beberpa mungkin ada namun tidak terlalu banyak seperti di lingkungan kota. Perlu kalian tahu bahwa di lingkup kota, kalian akan saling bersaing dengan indihome, biznet, my republik dan ISP ternama di indonesia.
Bersyukurlah karena kalian di Desa, jadi dengan kemampuan seadanya kalian bisa berkarya. Lingkungan kota itu persaingannya kuat dari semua segi, baik kualitas, harga, pelayanan, dan brand dari perusahan-perusahaan besar.
Berbeda ketika kalian tinggal di wilayah Desa, maka persaingan cenderung lebih sedikit dan masyarakat lebih cenderung penasaran dengan usaha kalian yang terlihat asing bagi mereka. Tingkat persaingan yang masih sedikit menjadi peluang untukmu bisa berkarya habis-habisan dan bisa berinovasi kedepannya.
Kemungkinan bermitra besar dengan berbagai macam organisasi atau kelompok. Kalian tentu tahu bahwa di Desa biasanya terdapat berbagai macam organisasi dan perkumpulan masyarakat. Beberapa yang saya tahu seperti organisasi pemuda, pokdarwis, organisasi remaja, Karang Taruna Desa, dll.
Perkumpulan masyarakat tersebut bisa dijadikan ajang untuk bermitra dan bekerja sama. Saya berhasil membuat sebuah wifi corner bekerjasama dengan sebuah lembaga Karang Taruna Desa. sebuah Gedung Perpustakaan dengan pengelolanya Karang taruna, saya ajak untuk membuat sebuah konsep wifi bervoucer.
Pembelian antena kami tanggung antara kedua belah pihak dengan perjanjian tertentu.Harga per voucer wifi Rp 2000, dengan keuntungan 50:50. Alhasil perhari saya bisa menjual voucer minimal 30 buah untuk karang taruna tersebut. Saya dimudahkan dengan pemasaran yang dilakukan oleh mereka, karena mereka juga mendapatkan keuntungan untuk organisasi mereka.
Banyak tempat nongkrong yang bisa kalian pasang wifi. Jika kalian masuk ke lingkup Desa, ada beberapa titik-titik keramaian yang biasanya didomisili oleh para anak muda hingga dewasa. Mereka biasanya sekedar nongkrong, ngobrol, main kartu dan mencari suasana luar.
Tempat nongkrong yang bisa kalian jadikan tempat untuk menjual voucer wifi diantaranya seperti, angkringan, rumah makan, tempat pemancingan, konter, warung, bahkan pos kamling sekalipun bisa. Saya juga memasang wifi di tempat pos kamling lho, dengan harapan agar pos kamling di Desa tetap hidup dan saya bisa mengambil keuntungan dari sana.
Segala macam tempat yang ada keramaian, menjadi peluang yang sangat luar biasa untuk kalian membuang voucer. Mereka akan menganggap bahwa voucer wifi bisa diibaratkan "kopi" nya tongkrongan. Manfaatkanlah jiwa masyarakat desa yang sangat lekat dengan nongkrong mereka.
Profesi dan pekerjaan masyarakat desa mulai bervariasi. Banyak pelanggan wifi saya yang bekerja di sebuah kantor dinas tertentu di wilayahnya. Beberapa ada yang perangkat desa, PNS, pegawai kecamatan, dan kantor pemerintahan lainnya.
Perlu diketahui, ketika seseorang sudah bekerja di lingkungan kantor tertentu, persinggungan mereka dengan dunia modernisasi akan lebih besar. Mereka akan dihadapkan pada rekan kerja yang tidak sedikit memiliki berbagai macam pengalaman tentang gaya hidup era kekinian.
Pegawai yang sudah tua dan gaptek, mau tidak mau harus mulai mempelajari yang namanya smartphone. Informasi sudah beralih dari sms menuju sebuah grup WA dan grup BBM untuk mempermudah dalam menjalankan berbagai macam komunikasi pekerjaan.
Lha, beberapa ada yang meyakini bahwa dengan memiliki wifi di rumah dapat memperlancar hubungan mereka dengan rekan-rekan kerja. Tidak hanya itu, wifi mempermudah mereka jika ada pekerjaan yang menuntut mereka harus buka email dan web tertentu.
Pengalaman saya, banyak dari mereka yang harus berbondong-bondong ke rumah saya untuk update E-PUPNS, Dapodik, Pajak, Emis, dll. Dari pengalaman mereka di tempat saya menggunakan wifi, pada akhirnya pasanglah wifi di rumah masing-masing.
Itu baru 1 jenis pekerjaan di Desa, belum lagi yang pedagang / tengkulak, wiraswasta, pegawai swasta, dsb yang sering bersinggungan dengan dunia luar atau harus memanfaatkan internet dengan intensitas tinggi. Mau tidak mau, mereka akan memiliki penganggapan bahwa memiliki wifi sendiri di rumah itu lebih baik dan bermanfaat.
Fenomena itu membuat masyarakat tahu akan sebuah ukuran modern, yaitu memiliki wifi sendiri di rumah. Ini sesuai dengan adanya perubahan arah budaya desa menuju ke kota, maka utamakan sasaran desa yang sedang berkembang.
Sebuah desa yang berkembang dicirikan dengan rumah-rumah yang sudah bertembok / gedong hampir seluruhnya. Beberapa desa masih ada rumah bambu / gedek bahkan tidak sedikit. Lihatlah sekitar desa kalian, apakah masih banyak rumah bambu?? Jika tidak, itu menjadi peluang yang bagus untuk usaha wifi.
Kuncinya, kalian harus paham pemetaan tentang kondisi masyarakat sekitarmu. Namun, dimanapun desa tentu akan sangat tinggi akan persaingan dalam hal modernitas. Sifat alami itu menjadi salah satu peluang besar untuk membakar semangat mereka untuk memiliki wifi di rumah.
Budaya Ngumpulnya Kuat. Ngumpulnya masyarakat di desa yang sangat intens, menjadi cara pemasaran yang paling mudah dengan memanfaatkan momen tersebut. Saya sendiri memiliki pelanggan cukup banyak, karena adanya cerita tentang rasanya berlangganan wifi diantara mereka.
Secara tidak sadar, mereka mempromosikan wifi saya kepada teman atau rekan ngumpulnya. Maka, saya sangat mempertahankan pelayanan, karena penilaian terhadap wifi selalu terjadi dalam obrolan mereka dengan orang lain.
Saya memanfaatkan beberapa momen ngumpul, seperti pada saat main kartu di warung, momen kerja bakti, kumpulan pemuda, dan saat nyinom di berbagai acara. Pengalaman saya, ini sangat efektif dan tidak membutuhkan selebaran-selebaran. Repot harus desain, nyari kata-kata, nyetak dan nyebar.
Manfaatkan situasi tersebut untuk bercerita tentang manfaat memiliki wifi sendiri di rumah. Saya sering mengajak remaja sekitar ngumpul di rumah saya dan merasakan langsung wifi. Beberapa dari mereka sudah berlangganan wifi ke saya, sebagian besar.
Ketika kalian hidup di lingkungan kota, cara ini tentunya akan sulit dilakukan karena budaya ngumpul dengan warga sekitar sangat jarang. Warga kota sudah fokus akan kepentingan, berbeda dengan di desa yang penuh akan kekeluargaan. So, jangan takut membangun usaha wifi di Desa.
Masyarakat Desa Mulai Menekuni Bisnis Online. Pernah mendengar tentang desa blogger???desa grafis??
Semuanya menggunakan awalan "desa", menunjukkan bahwa wilayah tersebut berada di Desa bukan kota. Itu artinya bahwa desa mulai merambah menuju pada sebuah usaha atau bisnis online. Mereka mencari rupiah dari berselancar di dunia maya.
Selama ini saya belum pernah mendengar yang namanya "kota blogger". Desa blogger salah satunya ada di kabupaten magelang, tepatnya desa menowo. Kata masyarakatnya suka ngumpul dalam berbagai kegiatan, mudah untuk mengkondisikan warganya agar terjun dalam bunia blogger secara bersamaan.
Pengkondisian dengan mengumpulkan warga masyarakat, sangat sulit dilakukan di lingkup perkotaan apalagi perumahan. Berkhayal saja....
Untuk itu jangan minder kalian yang mau menjalankan usaha ini di desa, peluangnya sangat luar biasa lho. Gunakan kreatifitasmu dalam hal pelayanan, pemasaran dan cara membangun relasi dengan pelanggan. Lancar tidaknya tergantung nilai personal kalian nantinya.
Yang paling sering ditemui, mereka berjualan via fb, wa, instagram, dan toko-toko online. Beberapa pelanggan saya ada yang menjual ulang produk orang lain/dropship. Apabila internet mati sebentar saja, langsung crewenya minta ampun. Ini menandakan bahwa dia sudah ketergantungan dengan wifi dalam mencari tambahan penghasilan.
Tidak hanya dia seorang, beberapa pelanggan saya juga menekuni jualan online. Mereka semua tinggal di wilayah desa dan wifi yang ada di rumahnya sangat bermanfaat. Fenomena ini tentu tidak hanya terjadi di Desa saya, tapi juga desa-desa yang lain. Ini hanya salah satu sampel bahwa desa-desa sudah merambah menuju kepada dunia bisnis online.
Persaingannya dalam hal usaha wifi masih kecil. Desa itu masih perawan, dalam artian masih jarang mereka yang berbisnis wifi RT RW. Beberpa mungkin ada namun tidak terlalu banyak seperti di lingkungan kota. Perlu kalian tahu bahwa di lingkup kota, kalian akan saling bersaing dengan indihome, biznet, my republik dan ISP ternama di indonesia.
Bersyukurlah karena kalian di Desa, jadi dengan kemampuan seadanya kalian bisa berkarya. Lingkungan kota itu persaingannya kuat dari semua segi, baik kualitas, harga, pelayanan, dan brand dari perusahan-perusahaan besar.
Berbeda ketika kalian tinggal di wilayah Desa, maka persaingan cenderung lebih sedikit dan masyarakat lebih cenderung penasaran dengan usaha kalian yang terlihat asing bagi mereka. Tingkat persaingan yang masih sedikit menjadi peluang untukmu bisa berkarya habis-habisan dan bisa berinovasi kedepannya.
Kemungkinan bermitra besar dengan berbagai macam organisasi atau kelompok. Kalian tentu tahu bahwa di Desa biasanya terdapat berbagai macam organisasi dan perkumpulan masyarakat. Beberapa yang saya tahu seperti organisasi pemuda, pokdarwis, organisasi remaja, Karang Taruna Desa, dll.
Perkumpulan masyarakat tersebut bisa dijadikan ajang untuk bermitra dan bekerja sama. Saya berhasil membuat sebuah wifi corner bekerjasama dengan sebuah lembaga Karang Taruna Desa. sebuah Gedung Perpustakaan dengan pengelolanya Karang taruna, saya ajak untuk membuat sebuah konsep wifi bervoucer.
Pembelian antena kami tanggung antara kedua belah pihak dengan perjanjian tertentu.Harga per voucer wifi Rp 2000, dengan keuntungan 50:50. Alhasil perhari saya bisa menjual voucer minimal 30 buah untuk karang taruna tersebut. Saya dimudahkan dengan pemasaran yang dilakukan oleh mereka, karena mereka juga mendapatkan keuntungan untuk organisasi mereka.
Banyak tempat nongkrong yang bisa kalian pasang wifi. Jika kalian masuk ke lingkup Desa, ada beberapa titik-titik keramaian yang biasanya didomisili oleh para anak muda hingga dewasa. Mereka biasanya sekedar nongkrong, ngobrol, main kartu dan mencari suasana luar.
Tempat nongkrong yang bisa kalian jadikan tempat untuk menjual voucer wifi diantaranya seperti, angkringan, rumah makan, tempat pemancingan, konter, warung, bahkan pos kamling sekalipun bisa. Saya juga memasang wifi di tempat pos kamling lho, dengan harapan agar pos kamling di Desa tetap hidup dan saya bisa mengambil keuntungan dari sana.
Segala macam tempat yang ada keramaian, menjadi peluang yang sangat luar biasa untuk kalian membuang voucer. Mereka akan menganggap bahwa voucer wifi bisa diibaratkan "kopi" nya tongkrongan. Manfaatkanlah jiwa masyarakat desa yang sangat lekat dengan nongkrong mereka.
Profesi dan pekerjaan masyarakat desa mulai bervariasi. Banyak pelanggan wifi saya yang bekerja di sebuah kantor dinas tertentu di wilayahnya. Beberapa ada yang perangkat desa, PNS, pegawai kecamatan, dan kantor pemerintahan lainnya.
Perlu diketahui, ketika seseorang sudah bekerja di lingkungan kantor tertentu, persinggungan mereka dengan dunia modernisasi akan lebih besar. Mereka akan dihadapkan pada rekan kerja yang tidak sedikit memiliki berbagai macam pengalaman tentang gaya hidup era kekinian.
Pegawai yang sudah tua dan gaptek, mau tidak mau harus mulai mempelajari yang namanya smartphone. Informasi sudah beralih dari sms menuju sebuah grup WA dan grup BBM untuk mempermudah dalam menjalankan berbagai macam komunikasi pekerjaan.
Lha, beberapa ada yang meyakini bahwa dengan memiliki wifi di rumah dapat memperlancar hubungan mereka dengan rekan-rekan kerja. Tidak hanya itu, wifi mempermudah mereka jika ada pekerjaan yang menuntut mereka harus buka email dan web tertentu.
Pengalaman saya, banyak dari mereka yang harus berbondong-bondong ke rumah saya untuk update E-PUPNS, Dapodik, Pajak, Emis, dll. Dari pengalaman mereka di tempat saya menggunakan wifi, pada akhirnya pasanglah wifi di rumah masing-masing.
Itu baru 1 jenis pekerjaan di Desa, belum lagi yang pedagang / tengkulak, wiraswasta, pegawai swasta, dsb yang sering bersinggungan dengan dunia luar atau harus memanfaatkan internet dengan intensitas tinggi. Mau tidak mau, mereka akan memiliki penganggapan bahwa memiliki wifi sendiri di rumah itu lebih baik dan bermanfaat.
Comments